Pada hakikatnya hidup ini menjalani takdir, tapi pada syariatnya hidup ini adalah pilihan. Kita menjadi apa hari ini adalah pilihan kita hari kemarin, dan kita menjadi apa esok hari tergantung pilihan kita hari ini. Kalau hari ini kita memilih hidup dengan bergelimang kemaksiatan dan bangga bercumbu dengan dosa-dosa, maka sudah pasti kesengsaraan sudah menanti di masa depan. Kalau hari ini kita sabar meski kadang ada luka, sabar dalam ketaatan, sabar dalam menjauhi maksiat, maka percayalah kebahagiaan yang pasti akan kita dapatkan.
"Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan". (16: 96)
Hidup ini seperti abjad B-C-D, kalau B kita artikan Born (kelahiran), dan D kita artikan Dead (kematian), maka antara B dan D ada huruf C yang kita artikan Choice (pilihan). Maka antara kelahiran dan kematian, ditengah-tengahnya ada kehidupan yang pilihannya ada ditangan kita. Kelahiran dan kematian itu wilayahnya Allah, kita tidak bisa memilih lahir dari rahim siapa dan mati mau kapan dan dengan cara apa. Tapi kita punya kehidupan yang baik dan buruknya pilihan ada ditangan kita. Pilihan yang saat ini kita ambil menentukan kehidupan kita dan nanti akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah.
Kehidupan ini menganugerahkan dua pilihan kepada kita, pilih menjadi manusia biasa atau menjadi manusia istimewa. Ibarat batu alam, ada batu koral yang harganya murah, tentu mudah sekali didapatkan karena banyak tersedia di alam, dan ada batu mulia, seperti berlian atau saat ini sedang booming batu akik seperti safir, merah delima dan lain-lain yang harganya fantastis dan tidak mudah untuk mendapatkannya. Batu koral adalah batu "biasa" dan batu berlian adalah batu "istimewa".
Pilih menjadi manusia biasa yang harganya murah dan mudah didapatkan atau menjadi manusia yang istimewa berharga, berkelas dan sulit didapatkan?. Pilihan ada ditangan kita. Tentu kita harus faham yang membedakan manusia biasa dan istimewa bukan dari fisik atau rupa seperti batu alam, tapi dari keimanan dan ketakwaan. Bukan dari warna kulit, bentuk mata atau bentuk badan tapi dari hati.
Muslim yang biasa di sepertiga malam ia akan tidur pulas dengan selimut membalut tubuhnya, atau bergadang yang tiada artinya. Tapi manusia istimewa, ia gunakan sepertiga malam itu untuk berkhalwat dengan Allah, bermunajat, bersimpuh dihadapan Allah Sang Pencipta. Air matanya untuk Allah, air mata pertaubatan atau air mata kerinduan ingin jumpa dengan Allah, tersungkur sujud dihadapan Allah. Berharap akan rohmat Allah dan takut akan adzab Allah. Orang istimewa malamnya menangis dihadapan Allah, siangnya tersenyum dihadapan manusia untuk memberi semangat dan manfaat. Orang yang istimewa diamnya adalah dzikir, ucapannya penuh dengan hikmah, perkataanya bijak tidak melukai sesama.
Anak muda yang istimewa fokus mendekatkan diri kepada Allah, hidupnya penuh prestasi bukan penuh sensasi, hidupnya terus berkarya bukan terus banyak bergaya, waktunya ia gunakan untuk meningkatkan kualitas dirinya bukan "berpacaran", #upss, he..
Hidup adalah pilihan. Allah SWT berfirman dalam surat al-Insan ayat 3 : "Sesungguhnya kami telah menunjukkannya jalan yang lurus, ada yang bersyukur (mengikutinya) dan ada pula yang kafir”. Allah menunjukan jalan yang lurus, sebagai hambanya masa iya kita tidak mau mengikutinya. Meskipun Allah memberikan kebebasan - "Dan katakanlah : kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu,
maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan
barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah kafir.”( al-Kahfi : 29 )-. Tapi semua ada konsekuensinya.
Terima kasih..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar